Jumat, 18 Juli 2008
Museum Jawa (Ullen Sentalu)
Assalamu'alaikum!
Sobat, ngomong-ngomong tentang Ullen Sentalu memang akan terus menarik untuk disimak. Meski saya sudah beberapa kali ke Ullen Sentalu, tapi kalo ada teman ngajak kesana, rasanya ndak bisa nolak ajakan tersebut!
Ullen Sentalu (atau yang lebih familier disebut dengan meseum Jawa) merupakan salah satu museum yang ada di Yogyakarta. Museum ini terletak di kawasan wisata Kaliurang yang berada kurang lebih 22 km dari kota Yogya, dengan nuansa khas yang berada kaki Gunung Merapi. Jika anda ingin kesana, alamat nya di Jl Boyong Kaliurang, Sleman Yogyakarta (Tel. +62 274 895161), sedangkan sekretariatnya (siapa tahu anda ingin mengadakan resepsi pernikahan disana!) ada di Jl. Plemburan 10 Yogyakarta, 55581 (Tel. +62 274 880158, Fax. +62 274 881743).
Ullen Sentalu merupakan akronim dari 'Ulating blencong Sejatine Tataraning Lumaku' yang mempunyai arti 'Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan' [1]. Museum ini pada awalnya merupakan koleksi pribadi dari keluarga Haryono, namun dalam perkembangannya, pengelolaan museum ini dilakukan oleh Yayasan Ulating Blencong.
Yang paling saya suka dari museum ini adalah nuansa yang hadir, merupakan kesatuan keindahan yang sayang sekali kalo ndak diabadikan dalam bidikan kamera. Namun perlu diketahui, pengunjung dilarang mengambil gambar koleksi museum, yang diperbolehkan hanya mengambil gambar dilingkungan museum saja. Tapi jangan salah, meski demikian lingkungan sekitar museum ini asri sekali untuk diambil gambarnya!
Ullen Sentalu berdiri tahun 1994 dan resmi dibuka pada 1 Maret 1997. Komplek dalam museum dijuluki Taman Kaswargan. Koleksi dalam museum ini terbagi dalam beberapa ruang yang ditata sangat artistik. Begitu masuk, bersama guide kita akan menuju ruangan bawah tanah yang seolah-olah kita berada dalam gua. Disini koleksi foto sejarah dari 2 keraton di Jawa, yaitu Yogyakarta dan Surakarta dapat kita nikmati. Dari sekaten sampai 'foto porno' jaman dulu-pun ada! Eit...jangan salah...jaman dulu yang termasuk kriteria gambar porno itu kalau betisnya kelihatan! Setelah itu, kemudian kita berjalan menuju ruangan-ruangan yang seolah berada diatas air (bale kambang). Disini koleksi yang disajikan berupa batik dan kebaya yang dipakai di keraton. Disini saya ndak bosen untuk banyak tanya kepada guide apa fungsi dari masing-masing batik. Apa pasal? Karena batik-batik tersebut harus digunakan pada saat yang tepat - sebagai contoh jika batik A (saya lupa namanya ^_^) yang seharusnya dipakai untuk menyelimuti jenazah akan tetapi dipakai oleh orang yang sehat, mitos yang dipercaya oleh masyarakat jawa adalah keluarga jenasah tersebut akan ada yang 'nyusul' meninggal!
Setelah selesai melihat-lihat koleksi, tur akan diakhiri oleh satu minuman hangat warisan keraton yang kata mbak guide-nya dapat membuat awet muda.
Kata para guide yang menyertai saya di museum dulu, Ullen Sentalu merupakan museum yang dilindungi secara langsung oleh 2 keraton - Yogyakarta dan Surakarta. Wajar saja, koleksi didalamnya merupakan aset dan sejarah dari 2 keraton tersebut. Untuk menikmati semua itu, tiket yang harus dibayar (dewasa Indo) Rp. 25.000 (Int'l Rp. 45.000), sedang untuk pelajar & mahasiswa (menunjukkan KTM) Rp.15.000. Ullen Sentalu ini buka setiap hari (kecuali Senin), mulai pukul 09.00 - 15.30 WIB. Kalau boleh saran, jika anda ingin pergi datang ketempat ini, jangan 'mepet' jam berakhir, karena mbak guide-nya akan buru-buru menjelaskannya, sehingga rada nggak nyaman
So, selamat berkunjung!
Foto Jogja Tempo Dulu
Assalamu'alaikum!
Semalam pas jalan-jalan malam keliling Jogja, saya membayangkan beberapa tahun lalu yang pada jam 12-an malam, Jogja sudah teramat sepi. Pernah membayangkan ndak, Jogja jaman eyang-eyang kita masih gadis dulu seperti apa? ... Kebetulan saya punya beberapa gambar Jogja tempo dulu, yang semuanya saya unduh dari SINI.
Dilaman tersebut saudara juga bisa tahu keterangan mengenai gambar-gambar dibawah ini...
Ada dua bagian yang bisa anda nikmati, yang pertama mengenai kegiatan warga jogja jaman dulu dan yang kedua bangunan-bangunan yang ada di Jogja tempo dulu. Hmm..sebenarnya ada beberapa gambar yang saya edit, dengan maksud sekadar untuk terlihat lebih rapi.
Selamat menikmati...
Gadis pemetik padi (1935); Dolanan anak ular2an (1914an)
Dolanan anak: dakon; Sluku-sluku bathok (1935)
Bocah jogja; Main kartu
Perlakuan terhadap padi; Jualan dipinggir jalan
Perempuan sedang alu padi; Jual jajanan keliling
Susahnya memakai destar (ikat kepala); Perempuan pemijat
Alun-alun Kidul (1920); Ringin kurung di Alun-alun Lor (1888)
Masjid Agung Kauman (1888; Masjid Agung Kauman (1925)
Gunungan Putri (1888) dan Gamelan Kyai Naga (1888)
Alun-alun Lor (1980an); Pagelaran Keraton (1980an)
Siti Hinggil (1935); Batu Gilang dan Batu Gateng Kotagede
Senisono (1915); Tamansari (1935)
Tamansari (1881)
Susahnya memakai destar (ikat kepala); Perempuan pemijat
Alun-alun Kidul (1920); Ringin kurung di Alun-alun Lor (1888)
Masjid Agung Kauman (1888; Masjid Agung Kauman (1925)
Gunungan Putri (1888) dan Gamelan Kyai Naga (1888)
Alun-alun Lor (1980an); Pagelaran Keraton (1980an)
Siti Hinggil (1935); Batu Gilang dan Batu Gateng Kotagede
Senisono (1915); Tamansari (1935)
Tamansari (1881)
Kanal air depan benteng Vredesburg (1920); Benteng Vredesburg (1970)
Pasar Ngasem dan Plengkung Ngasem (1809)
Pacinan (1910) dan (1925)
BNI 46 (1925); Kantor Pos Besar (1955)
Hotal Jogja (sekarang Garuda) (1941); Ngejaman (1957)
Malioboro (1936) dan (1949)
Kedaton Plered (1928); Museum Sana Budaya (1939)
Pasar Beringharjo (1910); Toko Oen (1936)
Gedung Agung (1939); Gedung DPRD (1950)
Jl. KH Ahmad Dahlan (1930); Gedung Societet (1941)
Jl. Senopati (1895); Gereja Kotabaru (1937)
Jl. Surotomo (1895); Kampung Djogonegaran (1920)
Tugu Jogja (1928); Gondolayu (1937)
Sekolah untuk bangsa Jawa; Susteran (1935)
RS Mata Dr. Yap (1937) dan Kampus UGM (1956)
Stasiun Tugu (1887; Kaliurang (1939)
Candi Prambanan (1914)
Kyai Djetayu; Kyai Coupe Driekwart (1900)
Kyai Bedoyo Permili; Kereta Jenasah (1910)
Pasar Ngasem dan Plengkung Ngasem (1809)
Pacinan (1910) dan (1925)
BNI 46 (1925); Kantor Pos Besar (1955)
Hotal Jogja (sekarang Garuda) (1941); Ngejaman (1957)
Malioboro (1936) dan (1949)
Kedaton Plered (1928); Museum Sana Budaya (1939)
Pasar Beringharjo (1910); Toko Oen (1936)
Gedung Agung (1939); Gedung DPRD (1950)
Jl. KH Ahmad Dahlan (1930); Gedung Societet (1941)
Jl. Senopati (1895); Gereja Kotabaru (1937)
Jl. Surotomo (1895); Kampung Djogonegaran (1920)
Tugu Jogja (1928); Gondolayu (1937)
Sekolah untuk bangsa Jawa; Susteran (1935)
RS Mata Dr. Yap (1937) dan Kampus UGM (1956)
Stasiun Tugu (1887; Kaliurang (1939)
Candi Prambanan (1914)
Kyai Djetayu; Kyai Coupe Driekwart (1900)
Kyai Bedoyo Permili; Kereta Jenasah (1910)
Langganan:
Postingan (Atom)